Kamis, 13 Mei 2010

EKONOMI ISLAM DAN PROBLEMATIKA EKONOMI KONTEMPORER

Pendahuluan
Latar Belakang Islam adalah cara hidup yang imbang dan koheren, dirancang untuk kebahagiaan manusia dengan cara menciptakan keharmonisan antara kebutuhan moral dan material manusia dan aktualisasi keadilan sosio-ekonomi serta persaudaraan antar umat manusia. Islam sebagai agama akhir jaman juga membawa penuntun lengkap bagi pemeluknya. Berbagai aspek kehidupan dalam kesehariannya termaktub dalam syari’ah dan mu’amalah , mengikutinya merupakan perjalanan yang harus ditempuh untuk menjadi Muslim sejati. Dualisme antara kehidupan duniawi dan kehidupan akhirat yang menjadi pertanyaan beberapa agama bukan masalah lagi. Permasalah itu telah terjawab oleh hadits Nabi Muhammad SAW yang menyatakan, “Berusahalah untuk duniamu seakan engkau hidup untuk selamanya, tapi persiapkanlah akhiratmu seeakan engkau akan mati besok.

A. Ilmu Ekonomi Dan Keulitan Ekonomi
Ilmu Ekonomi merupakan bagian ilmu sosial yang berfungsi untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis pelbagai kesulitan yang muncul disaat manusia berkeinginan memenuhi kebutuhan hidup dengan sumber-sumber eknomi (resources) yang relatif terbatas. Dari definisi tersebut dapat dipahami, bahwa relatifitas kelangkaan dan keterbatasn sumber daya merupakan sebab munculya ekonomi. Dengan kata lain, kelangkaan tersebut merupakan langkah awal terciptanya kesulitan dalam ekonomi.Seandainya masyarakat sudah mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya secara muthlak, baik ketika terjadi perubahan waktu, tempat, dan bentuk, maka masyarakat tidak akan membutuhkan ilmu ekonomi secara muthak.


Dalam waktu yang relative singkat, kadang inividu dan masyarakat tisak mampu memenuhi kebutuhan barang dan jasa (kuantitatif dan kualitatif) walaupun sudah tersedia raw material (bahan baku), pekerja, dan modal. Proses produksi barang dan jasa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pengaturan manjemen operasi, distribusi, maupun proses penentuan kuaitas produk. Relativitas kelangkaan barang merupakan factor pendorong bagi manusia untuk memakmurkan bumi, sekaligus merupakan wahana coaan dan ujian rasa keimanan.

B. Relativitas Kelangkaan Barang (Scarcity)
Dalam keseharian , kehidupan ekonomi manusia senantiasa akan berhadapan dengan kesulitan-kesulitan yang dapat menghalangi manusia untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Dan pemenuhan kebutuhan tersebut sangat dipengaruhi oleh factor income usaha, dan waktu.

Mengakui adanya relativitas kelangkaan bukan berarti menyatakan bahwa resources yang asa tidak mampu mencukupi kebutuhn indiviu msyarakat. Akan tetapi, resources tersebut terkadang dapat mencukupi terkadang tidak. Hal tersebut mungkin hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu. Dengan adanya kelangkaan barang membuat hidup ebih bermakana dan berarti. Fenomena tersebut merupakan hikmah Ilahiah yang mendorong manusia untuk memakmurkan bumi dan menciptakan kesejahteraan bagi kehidupan manusia. Kondisi kelangkaan barang juga dapat dijadikan momen untuk menguji keimanan dan keabaran kita.







Allah Swt berfirman,

         •    
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqoroh ; 155)

Ujian dan cobaan yang diberikan alah sangt beragam. Tujuan pemberian cobaan tersebut untuk menguji kekuatan iman dan kesabaran seorang hamba Salah satu bentuk ujian alah adalah adanya rasa lapar dan kekurangan atas bahan makanan pokok. Sesungguhnya kehadiran manusia di mukabumi ini hanyalah sekedar merealisasikan kehendak tuhan (Masyiah Rabbaniyah).

Sayyid Quthub menjelaskan;
“Masyiah Robbaniyah adalah totalitas keinginan seorang hamba untuk pasrah dan menyerahkanseluruh jiwa dan raga terhadap keinginan dan ketentuan tuhan dalam segalaaspek kehidupan ; baik dalam proses pembuatan barang, peneitian dan analisis kehidupan social, proses untuk memberdayakan hasil bumi, dan wewenang untuk mengolah serta memakmurkan bumi yang telah dititipkan Allah kepada manusia.”
Relativitas kelagkaan barang menurut seorang hamba untuk kreatif dalam menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan hidup. Seorang manusia akan lebih terdorong untuk memakmurkan kehidupan masyarakat jika menemukan kesulitan dalam kehidupan ekonomi. Hal ini dapa diamai pada persoalan-persoalan berikut ini.

1. Sumber Ekonomi (Economic Resources)
Seperti yang telah dijlaskan, kesulitan ekonomi muncul sebagai akibat dari perbedaan relatif anara sumber-sumber ekonomi yang ada dengan keinginan manusia untuk memenuhi keinginan dan kebuuhan hidupnya Adapun sumber-sumber ekonomi adalah sebagai berikut :

a. Bekerja
Bekerja adalah manifestasi usaha seseorang untuk mencurahkan segala upaya, pikiran, dan tenaga untuk menghasilkan barang dan jasa. Kemampuan yang dimiiki oleh manusia sanga beragam, sehingga manusia tidak mampu menghadirkan dan menghasilkan barang dalam waktu yang relatif singkat. Akan etapi perlu ada yang namanya proses yang menurut persiapan yang cukup lama.

b Modal
Modal adalah semua elemen yang berfungsi unuk memudahkan proses produksi. Diantaranya adalah uang yang diinvesasikan untuk membeli peralatan produksi, bangunan, dan fasilias perusahan lainnya.

c Sumber Daya Alam (Natural Resources)
Segala sesuatu yang diciptakan tuhan merupakan sumber ekonomi yang dapat didaygunakan unuk menyejahterakan kehidupan manusia. Dengan adanya imu dan teknologi dari waku ke waktu dapat diemukan sumber ekonomi baru bagi kemakmuran kehidupan manusia
.
2. Kebutuhan Manusia
Kebutuhan yang dimiliki manusia terkadang bersifat komsumtif atau produktif. Kebutuhan yang ada tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini, melainkan kebutuhan di masa mendatang, baik kebutuhan yang bersifat primer, maupun sekunder.
Dalam konsep ekonomi islam, kebutuhan yang ada tidak hanya tertumpu pada kebutuhan mtrerialistik, melainkan juga pemenuhan terhadap nilai-nilai ruhiyah. Selain itu kebutuhan yang diinginkan manusia harus sesuai dengan aturan syariah dan tidak boleh bertentangan, seperti minuman keras, narkoba, dan lain sebagainya.

3. Mekanisme Produksi
Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir al-intaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas). Pandangan Rawwas di atas mewakili beberapa definisi yang ditawarkan oleh pemikir ekonomi lainnya.
Dalam proses produksi suatu barang dan jasa, perusahaan mempunyai beberapa kombinasi faktor-faktor produksi untuk mendapatkan produk yang optimal. Aturan dalam sistem ekonomi islam adalah, komoditas dan jasa yang diproduksi haruslah merupakan kebutuhan yang esensial dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Perusahaan dalam memproduksi barang tidak boleh hanya berdasarkan kekuatan modal ataupun faktor produksi yang dimiliki. Selain itu, investasi pemerintah merupakan faktor penting untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar individu dan masyarakat.

C. Sumber Daya Ekonomi (Economic Resources Recovery)
Adanya relativitas kelangkaan barang bukan berarti sumber-sumber ekonomi yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia saat ini ataupun generasi berikutnya. Hal tersebut merupakan pemahaman yang berbeda. Sederhananya dapat dikatakan bahwa relativitas kelangkaan barang berbicara secara mikro, sedang kecukupan sumber-sumber ekonomi masuk dalam konteks ekonomi makro.
Ketika kuantitas minyak bumi dunia jumlahnya terbatas, maka akan dapat kita temukan sumber-sumber kekuatan lainnya yang dapat kita gunakan sebagai pengganti. Luas lahan yang dapat digunakan untuk pengembangan sector pertanian mungkin sangat terbatas, tetapi dapat kita temukan cara-cara lain seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mungkin tidak akan terbatas. Karena perlu dicatat bahwa kesempatan untuk melakukan penelitian dan penemuan teknologi terbaru tidaklah terbatas.

Alloh Swt berfirman ;
            •                         •                   



“Allah-lah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, Kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan dia Telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
Dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan Telah menundukkan bagimu malam dan siang.
Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim : 32-34)
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa nikmat Alloh yang diturunkan kepada hamba-Nya sangat beragam dan tidak mungkin kita dapat menghitungnya secara pasti. Secara tidak langsung, kita akan menemukan sumber ekonomi dan rezeki baru ketika keutuhan itu muncul dalam kehiduan manusia.

Kesimpulan
Islam adalah satu-satunya agama yang mengemukakan prinsip-prinsip yang meliputi semua segi kehidupan manusia, tidak hanya membicarakan tentang nilainilai ekonomi. Islam telah menanamkan kerangka kerja yang luas berdasarkan kesempatan berekonomi yang sama dan adil bagi penganutnya untuk mengarahkan mereka ke arah kehidupan ekonomi yang seimbang.
Kesulitan ekonomi merupakan sebuah kelaziman dalam kehidupan ekonomi, apa pun system ekonomi yang diaplikasikan. Perbedaan itu muncul ketika masing-masing system yang ada beruaha untuk megatasi persoalan dengan konsep dasar dan etika ekonomi yang ada pada system tersebut. Hal inilah yang menentukan perbedaan dalam mengambl langkah dan kebijakan demi meraih kemaslahatan dan ksejahteraan hidup.








Daftar Pusaka
1. Al- Quran
2. Drs. Muhammad, M.ag, Metodologi Penelitian Pemikiran Islam, Ekoisia, Yogyakarta, 2003
3. Heri Sudarsono SE, Konsep Ekonomi Islam, Ekonisia. Yogyakarta, 20002-2003
4. DR. Sai Sa’ad Marthon, Terjemahan Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global, Maktabah ar- Riyadh, 2007
5. M. Faruq an-Nababan, Sistem Ekonomi Islam, UII Pres, Yogyakarta, 2000-2002
6. Ir. H. Adiwarman A. Karim, S.E., MBA, MAEP, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Gema Insani, Jakarta, 2001 & 2007
7. Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.
8. Anto, Hendrie M. B., Pengantar Ekonomika Mikro Islami, Yogyakarta: Ekonisia FE UII, 2003.
9. Ghazali, Aidit, Islamic Thinkers on Economics, Administration and Transactions, Kuala Lumpur: Quill Publishers, 1991.
10. Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: IIIT, 2002.
11. Mannan, M. A., Ekonomi Islam: Teori dan Praktek, terjemahan Potan Arif Harahap, Jakarta: Intermasa, 1992.
12. Pindyck, Robert S., and Daniel Rubinfeld, Microeconomics, sixth edition, New Jersey: Prentice Hall, 2005.
13. Shihab, M. Quraish, Secercah Cahaya Ilahi: Hidup Bersama Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2002.

1 komentar:

  1. blog nue saha? nue anjen QI?
    beuhhhhh
    follow blog ana juga donkz
    ieu bu tulisan arab html na di ilangin heula
    biar kelihatan ayatnya qur'an nya

    BalasHapus